SEKOLAH INDONESIA CEPAT TANGGAP UNTUK SULAWESI TENGAH

Sekolah Indonesia Cepat Tanggap merupakan sebuah inisiatif untuk membangun infrastruktur pendidikan berupa bangunan sekolah pada berbagai lokasi yang terdampak bencana alam di Indonesia.

Setahun sejak gempa melanda Sulawesi Tengah, masih banyak anak-anak yang belum dapat bersekolah dengan layak karena sekolahnya rusak akibat gempa.

Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Klaster Perancangan Departemen Arsitektur FTUI, Ikatan Alumni (ILUNI) UI, ILUNI FTUI, ILUNI Arsitektur FTUI, serta FUSI Foundation bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Tadulako, telah berhasil menyelesaikan pembangunan Sekolah Indonesia Cepat Tanggap yang ketujuh dan kedelapan.

Sekolah-sekolah tersebut adalah PAUD KB Nipotove Sambo yang berlokasi di Desa Sambo, Dolo Selatan, Sigi, dan TK Biru Mutiara Nagaya yang berlokasi di BTN Palu Nagaya, Balaroa, Palu, yang siap diresmikan pada tanggal 13 Desember 2019.

Peresmian sekolah tersebut dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Tengah Drs. H. Longki Djanggola, M.Si, Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia Dr. Hendri D.S. Budiono, M. Eng, Ketua Umum Ikatan Alumni (ILUNI) Universitas Indonesia Andre Rahadian, serta perangkat desa dan masyarakat sekitar.

Inisiatif Sekolah Indonesia Cepat Tanggap ini telah digagas sejak pasca gempa di Lombok dan Sulawesi Tengah pada tahun 2018 di berbagai wilayah yang terkena gempa. Hingga saat ini telah dibangun sebanyak delapan sekolah yang meliputi SD, TK, PAUD-KB dan pesantren yang berlokasi di Lombok Barat, Sumbawa, Palu dan Sigi, yang dapat menampung tidak kurang dari 500 siswa.

Inisiatif ini telah meraih penghargaan FuturArc Green Leadership Award 2019 pada tanggal 23 April 2019, terpilih di antara karya-karya dari Asia Pasifik. Penghargaan ini diberikan atas rancangan sekolah yang didesain oleh tim dari Klaster Perancangan Arsitektur Departemen Arsitektur FTUI dengan prinsip desain modular berupa unit-unit yang dapat disusun secara plug and play serta dapat dibangun secara cepat.

Bangunan sekolah TK dan PAUD yang diresmikan terdiri dari unit-unit ruang kelas, selasar, ruang transisi, tribun, jamban dan tempat cuci tangan, dan dilengkapi dengan berbagai mural pada permukaan dinding dan lantai sebagai sarana belajar serta mengasah kemampuan indera dan motorik bagi anak-anak.

Masing-masing sekolah ini diselesaikan dapat waktu yang sangat singkat yaitu 2-3 minggu. Sebagaimana halnya semua Sekolah Indonesia Cepat Tanggap yang telah dibangun, unit-unit modular dari sekolah ini dirancang dengan seksama sehingga tidak ada material yang terbuang percuma.

Unit-unit modular ini juga memiliki fleksibilitas untuk disusun menghasilkan ruang-ruang belajar yang, sehingga kegiatan belajar dapat dilaksanakan di mana saja, tidak terbatas di ruang kelas saja.

Prof. Yandi Andri Yatmo, PhD, guru besar arsitektur di Departemen Arsitektur FTUI yang juga merupakan ketua tim desain Sekolah Indonesia Cepat Tanggap menjelaskan, “Sekolah Indonesia Cepat Tanggap dirancang dengan mengutamakan kecepatan dalam proses membangun namun dengan tetap mencapai kualitas yang baik. Umumnya bangunan setelah bencana dibangun dengan proses konstruksi yang singkat namun cenderung mengesampingkan kualitasnya. Sekolah Indonesia Cepat Tanggap menawarkan sistem modular yang dapat dikonstruksi secara cepat dengan kualitas layaknya bangunan permanen, serta mudah disesuaikan dengan kondisi di tempat yang membutuhkan.”

Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono M.Eng menuturkan, “Sekolah Indonesia Cepat Tanggap merupakan inisiatif dan juga komitmen UI dalam mewujudkan kesempatan belajar yang terbaik bagi anak Indonesia. Sekolah Indonesia Cepat Tanggap tidak hanya menjadi sebuah bentuk pengabdian kepada masyarakat namun juga merupakan sebuah prestasi yang perlu menjadi sebuah inisiatif berkelanjutan”.

Sistem bangunan sekolah modular pada Sekolah Indonesia Cepat Tanggap saat ini sedang dalam proses memperoleh paten. Pembangunan sekolah di Palu dan Sigi dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi para mahasiswa dari Universitas Indonesia dan Universitas Tadulako serta partisipasi masyarakat sekitar.