Ruang Untuk Khalifah

Pemenang (Juara 1) Sayembara Arsitektur Revitalisasi Masjid Al Bayan, Kampus ITI, Serpong, Banten

Dwi Hergiawan (Ars UI 94 - Lokantara) 


Arsitektur masjid dalam sejarah perkembangan budaya dan arsitektur Islam seringkali terjadi beberapa kesalahpahaman dalam hal acuan design sebuah masjid. Tidak ada keharusan bentuk gaya arsitektur dalam sebuah masjid. Dalil dalil dalam agama Islam justru menganjurkan kesederhanaan dalam membangun masjid seperti hadits Rasulullah : “Bangunlah masjid ini sebagaimana ‘arisy nabi Musa” (HR. Ibnu Abi Dunya, Ibnu Abi Syaibah dan yang lainnya). Masjid pertama  dan banyak rujukan dalil dalil lain yang tidak menganjurkan membangun masjid dalam bentuk yang menunjukkan keinginan untuk bermewah mewahan karena melakukan hal yang mubazir dalam hal yang berlebihan juga bukan bagian dari ajaran Islam. Termasuk dalam hal ini berlebihan dalam membuat tampilan ornament yang justru akan mengganggu kekhusyukan ibadah di dalam masjid.

Dua hal tersebut menjadi dasar awal pertimbangan untuk rencangan yang ditujukan untuk Sayembara Revitalisasi Design Masjid Al Bayan, Kampus ITI Serpong yang diselenggarakan kampus ITI Serpong bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia Banten.  Hal lainnya yang djadikan dasar acuan secara umum adalah sebuah masjid sudah selayaknya dirancang kontekstual dengan lingkungannya berada. Masjid di Timur Tengah memiliki dinding yang tebal serta penggunaan Air Conditioner untuk seluruh ruangan karena memang iklim di sana membuat rancangan masjid harus mengantisipasi udara panas dan angin yang dingin pada malam hari di musim tertentu. Ornamen lengkung yang dan ornament ukiran khas jazirah Arab yang terinspirasi dari elemen Mashrabiya juga merupakan ciri arsitektur Arab bukan berarti di definisikan sebagai elemen arsitektur Islam. Masjid Demak, adalah salah satu contoh arsitektur masjid yang berhasil mengidentifikasikan sebagai sebuah masjid yang di bangun di tanah Jawa karena arsitektur Jawa lebih menonjol daripada arsitektur arab yang ditampilkan di masjid tersebut. Hal ini juga sama dengan masalah perdebatan kubah dan minaret, walaupun dua elemen tersebut akan memudahkan orang mengenali identitas sebuah fungsi bangunan masjid.  Masjid dengan minaret baru dibangun pada masa khalifah Utsman Bin Affan Radyallahu anhu. Sehingga bukanlah hal prinsipil yang harus ada di sebuah masjid. Menghilangkan minaret termasuk bisa menghemat biaya konstruksi yang bisa di alihkan untuk pengadaan sound system yang berkualitas baik untuk menyiarkan suara adzan dan pengumuman dari masjid. Sementara masjid pertama di muka bumi yaitu masjid Quba tidak memiliki kubah bahkan juga minaret.

Konsep rancangan masjid Al Bayan ini mengambil nilai nilai Islami tersebut sebagai bagian dari arsitektur Islam. Konteks terhadap lahan dan lingkungan yang masih dipenuhi kebun dengan pepohonan rindang sudah seharusnya menjadikan masjid justru harmonis dengan lingkungan alam sekitarnya



Keberadaan masjid existing yang diupayakan tidak di hancurkan menjadi tantangan tersendiri bagaimana menyatukan bangunan baru dengan masjid lama. Pendekatan yang diambil adalah hanya membongkar perimeter dinding eksisting di masjid lama atau “menguliti” masjid lama namun tetap memperlihatkan outline bentuk masa bangunan dan atap sesuai aslinya. Kolom kolom eksisting dibungkus dengan material bata tempel, serta interior dalam masjid di buat lebih sederhana bernuansa putih dengan hanya menghadirkan kaligrafi di plafond yang berupa cahaya lampu .Sehingga nuansa dalam masjid lebih kelihatan bersih, terang dan sederhana.



Bangunan perluasan masjid berbentuk U mengelilingi masjid lama dan meminimalisir penggunaan dinding masif kecuali untuk toilet dan ruang wudhu. Façade masjid kayu menggunakan kisi kisi vertikal kayu yang disusun acak memiliki sudut kemiringan seperti efek domino, sehingga bisa mencegah terjadinya tempias ke dalam bangunan dan juga sebagai penyaring cahaya dan pengendali angin ke dalam banguan. Sementara dari dalam bangunan masih tetap bisa melihat keluar sehingga terjadi kesinambungan antara ruang luar dan dalam. Screen vertical ini juga kan memberikan efek permainan bayangan ke dalam bangunan. Ukuran ruang di masjid baru berdasarkan modul kelipatan ukuran sajadah dan memiliki bentang bebas kolom di tengah sehingga membuat saf sholat menjadi rapi dan tidak terputus. Kulit bangunan yang tidak berkesan massif untuk menyiasati kehadiran masjid lama masih tetap terasa dari luar walaupun samar samar.

Antara bangunan baru dan lama di pisahkan dengan ruang terbuka berupa bebatuan kerikil sebagai penanda antara bangunan baru dan lama dan juga usaha memasukan cahaya dan udara dari tengah bangunan. Unsur kayu juga di pakai untuk membungkus kolom baja dan juga lantai sholat. Pemilihan nuansa kayu karena Indonesia adalah surga nya kayu dan material yang dipilih adalah material yang mudah di dapat di sekitar lokasi pembangunan. Masjid ini akan dibangun 3 tahap, dan diusulkan tahap 1 adalah fungsi utama masjid, tahap ke 2 adalah parkir motor, ruang servis dan ruang pemandian jenazah serta tahap 3 lebih bersifat komersil seperti ruang serbaguna, co-working space, stasiun radio dan kafetaria serta retail. Perbedaan kontur di tahap 2 dan 3 yang lebih rendah hamper 3 meter dengan tahap 1 juga tetap dipertahankan untuk menghindari biaya konstruksi tinggi.


Ruang luar bangunan berupa taman pintar yang bisa digunakan multi fungsi sebagai ruang belajar, ruang duduk bersosialisasi, ruang mengaji di luar, ruang penyembelihan qurban dan kegiatan ibadah lainnya sehingga lingkungan masjid selalu bisa ramai digunakan di luar waktu sholat 5 waktu atau di luar waktu ibadah di bulan Ramadhan. Taman pintar ini akan disediakan wifi gratis. Pola landscape mengikuti pola pembagian saf di dalam masjid sehingga saat di adakan sholat di area taman, Jemaah akan mudah menyesuaikan kelurusan saf dengan saf di dalam masjid.

Masjid ini di desain untuk memberikan kesan nyaman untuk orang menikmati ibadah di masjid dan juga mengingatkan kembali kepada manusia untuk belajar dari alam sebagai bagian dari kuasa Allah subhanahuwata’ala, karena salah satu tugas manusia di ciptakan adalah sebagai khalifah di bumi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga konsep utama masjid ini disebut sebagai “Ruang Untuk Khalifah”.